MERINDUKAN “KICAUAN” BURUNG SETIAP PAGI DAN SORE DI SEKITAR RUMAHKU
Oleh: Bapak Sukardi (Ketua MGMP IPA tingkat Sekolah)

Jika kita ingin mendapatkan berbagai jenis buah-buahan dan sayuran berkualitas, atau tanaman hias indah unik dan hampir langka pergilah ke pusat ibu kota. Umumnya bisa dengan mudah didapatkan bagi segelintir orang yang memiliki hobby tanpa terbebani biaya. Kota salah satu pusat keramaian transaksi menjadi pilihan untuk mencari berbagai kebutuhan termasuk hobby. Bagaimana jika hobby kita mengoleksi hewan-hewan yang unik dan hampir punah? Percayalah pusat keramaian kota lah tempatnya. Pusat kota di sebagian besar di Indonesia, berbagai hewan yang hanya bisa dilihat di layar kaca atau hanya foto dan gambarnya bisa didapat secara langsung bagi kolektor. Tapi, dapatkah keterpaduan Buah-buahan, Pohon dan berbagai hewan hidup secara alamiah berdampingan dengan hunian manusia kota bisa dinikmati setiap waktu?
Saat musim winter di Adelaide South Australia di bulan September-Nopember 2013. Pertama kali tinggal di sana selama 21 hari di rumah Mr. David and Mrs. Lienne Storch, alamat 41 Williamson Road Para Hills Adelaide. Sangat menikmati suasana rumah dan sekelilingnya. Ada yang sangat berbeda dengan hunian kebanyakan kota di Indonesia termasuk Bandung dan Lembang sekalipun.
Usai Sholat Shubuh terdengar suara angin cukup kencang yang berbaur dengan nyanyian burung-burung. Tampak kegelapan pagi mulai beranjak cahaya di Langit Timur dengan aneka warna menyeruak bagai orchestra nyanyian burung-burung menyemangati penghuni. “Mimpikah”, oh ternyata tampak di pepohan rindang depan dan di belakang rumah sahutan burung beterbangan bebas. Kepenasaran ini berlanjut hingga teringat masa lalu tahun 70 an di kampung halaman (red. Kuningan Jawa Barat). Ketika itu para petani bergegas mandi di sungai atau kolam di sekitarnya, sambutan ayam, burung dan hewan-hewan liar mengiringi aktivitas pagi dihiasi asap membumbung di hampir setiap tungku dapur.
Dua pengalaman ini, jelas antara Adelaide dengan Kampung halaman berbeda tempat lingkungan, budaya, orang dan aktivitasnya. Tapi kesamaannya ada pada “Keterpaduan Suasana Alamiah”. Betapa mahalnya untuk mendapati “Kerinduan” ini. Sudah tidak mungkin lagi untuk kembali ke tahun 1970 an, juga kapan lagi bisa menikmati hidup di Adelaide yang sangat jauh dari negeri Indonesia.
Mahalnya terletak pada teerciptanya Keseimbangan Ekosistem Sekitar Hunian Kota Manusia. Karena “Mahal” banyak sudah orang-orang Kota mungkin juga Desa enggan meraihnya bahkan cenderung “menyerah” tanpa upaya untuk memperbaiki keadaan Keseimbangan ekosistem alam ini. Nah, bagaimana dengan kita?
Kelestarian satwa burung dan kesejahteraan masyarakat Adelaide
Bagi manusia, burung memiliki arti penting dari sisi ekonomi, sosial, budaya, bahkan spiritual. Pemanfaatan burung seringkali berujung pada eksploitasi yang dapat mengakibatkan kepunahan. Setiap kali satu jenis burung punah, berarti hilang selamanya. Sentuhan teknologi dan kebijaksanaan, menjadikan kenikmatan tersendiri dapat berlangsung secara berkelanjutan (Komitmen orang Peduli).
Burung dan Lingkungan
Ketika orang Adelaide merasakan kehadiran burung-burung ini setiap waktu di sekeliling huniannya, itu seperti ketika kita melihat burung gereja berarti kita masih berada di pemukiman manusia, burung-burung terbang bebas berarti di sekitar tempat itu masih nyaman aman baginya. Fakta sederhana yang hanya bisa disampaikan oleh mereka yang memberikan perhatian pada burung-burung yang hidup “liar” di sekitar mereka. Mempelajari kehidupan burung di habitatnya, mengajarkan kepada kita arti penting lingkungan tempat kita hidup. Mengandung makna lain bahwa burung dan lingkungan akan membawa kita untuk lebih memperhatikan lingkungan kita dengan menyenangkan, menyehatkan, dan inovasi dalam tata kelola habitat dan lingkungan tempat hidup yang berkelanjutan ini mencerdaskan tentunya. Sebuah “Kebijakan yang sejalan dengan kelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya”.
Manfaat Burung dan Lingkungan bagi Kehidupan, Manusia hidup di permukaan bumi bersama-sama dengan komponen lingkungan lainnya, berupa komponen biotik, yaitu hewan, tumbuhan, dan jasad renik, serta komponen abiotik (tidak hidup). Secara langsung maupun tidak, secara disadari ataupun tidak semua unsur-unsur lingkungan yang ada di sekitar senantiasa memberikan manfaat bagi hidup dan kehidupan manusia. Sebagai contoh, untuk memenuhi kebutuhan oksigen, manusia dan burung memanfaatkan tumbuhan dalam proses pernafasan senantiasa menghirup oksigen yang terdapat di atmosfer.

Rumah Tercinta Planet Bumi ini, ketika mengunjungi Adelaide negara Australia Utara yang indah dan mencari tahu tentang keseimbangan lingkungan yang dihadapi negara itu, termasuk metode unik yang dipakai untuk menjaga ekosistemnya, tumbuh-tumbuhan dan satwa-satwa aslinya khususnya burung. Kali ini tamu kita adalah “Burung, Ecalyptus dan Mr. David”. David orang Adelaide bukan pendiri kelompok pemelihara lingkungan atau Penasihat Pendidikan Lingkungan dan Peneliti Burung Australia. Beliau sosok masyarakat biasa, Atheis, salah satu yang perilakunya mencerminkan untuk melindungi lingkungan, berkelanjutan dan konservasi keanekaragaman hayati di Adelaide.
Menurut keterangan David bahwa selama beberapa tahun terakhir, kami (red. David Storch) melihat perubahan yang kasat mata pada iklim. Kami melihat di TV dan Koran-koran beberapa Negara di luar Adelaide South Australia terjadi peningkatan suhu, banjir, tanah longsor, kami melihat tingkat salju dan tingkat hujan. Kadangkala ada hujan sebelum waktunya. Ini adalah perubahan yang kami lihat pada iklim dan juga temperaturnya. Ini adalah semua perubahan dan dampak dari Global Warming. Kami melihat, mereka masih menghadapi kekeringan besar dan dampak lainnya. Kami juga mendengar mereka kehilangan beberapa dari kumpulan pepohonan asli di ekosistemnya. Ini akibat hujan yang sebelum waktunya, atau tidak ada hujan atau salju.
Seiring dengan pemanasan global, tingkat kehilangan yang cepat dari keanekaragaman hayati di Negara mereka itu juga adalah sebuah keprihatinan yang mendalam.
David melanjutkan, Kami mendengar mereka kehilangan banyak dari keanekaragaman hayati. Mereka berada dalam posisi yang jika mengabaikan sekarang, lalu untuk masa depan mereka tidak akan mempunyai keragaman hayati apa pun. Mereka harus mulai bekerja dan melindungi bagian yang masih ada. Tapi selama 30 tahun terakhir mungkin, atau lebih, akan kehilangan keanekaragaman tersebut. “Mari saya beri satu contoh. Jika lingkungan telah kehilangan 2% dari tutupan hutan nasional mereka. Mungkin ada 3.1 % (tutupan) pada tahun 1970 an, dan sekarang tahun 2000 an adalah 1.2%. Ini adalah contoh dari sebuah sumber daya yang mereka merasakan kehilangan. Dan juga bagi satwa liar, perburuan ilegal adalah sesuatu yang berlangsung dari tahun 1970 an sampai sekarang. Dan setiap hari mereka kehilangan dua spesies, atau dua (jenis) satwa liar.
Karena isu-isu lingkungan yang serius yang mereka hadapi, mungkin langkah yang diambil untuk memberitahu masyarakat dan meningkatkan kesadaran supaya melindungi alam dan rekan sesama penghuni bangsa itu. Satu cara yang Peduli Lingkungan dengan Mempertahankan Keseimbangan Ekosistemnya jika ingin dicapai secara optimal mungkin dengan mengembangkan sebuah edukasi pada isu-isu ekologi untuk seluruh warga masyarakat negara itu.
Kami mempunyai program-program pendidikan lingkungan formal dan informal. Informal, kami disosialisasikan sebuah acara lingkungan yang menyeluruh yang mencakup prinsip-prinsip lingkungan dan sumber-sumber alam. Ini adalah satu bagian dari pendidikan lingkungan yang telah kami dapatkan, termasuk pelatihan, seminar, lokakarya dan publikasi. Kami senang mendapatkan pelatihan ini. Kami telah melakukan pelatihan-pelatihan di manapun event kadang di tempat ibadah walau kami Atheis, klinik-klinik lokal, dengan para relawan, pemimpin-pemimpin lokal, dan lalu mereka melakukan pelatihan-pelatihan ini dan akan mengirim pesan ini ke orang lokal mereka untuk melarang berburu dan melindungi spesies satwa liar. Pemimpin-pemimpin keagamaan juga dibuat sadar akan pentingnya perlindungan lingkungan jadi mereka akan memberitahu masyarakat tentang isu ini dari perspektif agama.
Ketika ditanya apa saran Mr. David untuk warga bumi ini? “Saya ingin komunitas dunia untuk mendukung seluruh populasi manusia untuk menjaga kebersihan lingkungan mereka dan sadar akan nilai-nilai lingkungan dan menyumbang untuk pengurangan dampak-dampak dari perubahan iklim pada wilayah itu dan secara global. Dan saya harap seluruh populasi, populasi global, untuk menjaga dunia ini, (mengikuti) nasihat Para Pencinta lingkungan untuk menjaga keseimbangan alam, tidak mengekploitasi semua sumber daya, menjaga sumber daya untuk generasi masa depan.
Gambar diatas menunjukkan keberadaan interaksi manusia dan burung serta lingkungan dalam wujud keseimbangan ekosistem. Mr. David saat menyiangi halaman depan rumah yang ditumbuhi pohon Ecalyptus (endemic) tempat burung-burung (Parrot=Ekek.Sunda) berkembang biak, dan juga burung sejenis Tekukur berjambul yang bertengger diatas pagar pingir rumahnya tanpa merasa takut atau terusik.
Pemandangan seperti itu sudah terbiasa bagi masyarakat Adelaide. Bahkan mereka mengundang burung-burung untuk hadir di sekitar rumahnya dengan cara membuat kolam-kolam kecil untuk minum dan menanam pohon-pohon berbiji sebagai makanan burung. Bukti bahwa undangan mereka berhasil tampak banyak kotoran-kotoran burung, atau sisa-sisa makanan yang jatuh, sarang burung alamiah serta “nyanyian merdu” bersama hujan dan angin yang mewarnai lingkungan rumahnya. Lagi pula keberadaan “Rex” seekor peliharaan senantiasa berinteraksi dengan burung-burung dengan memungut sisa buah yang dijatuhkan burung menambah harmonisasi lingkungan alam sekitarnya.
Belajarlah dari Adelaide,

Mulailah berbagi mimpi. Mimpi agar semua orang benar-benar bersedia untuk berpikir dalam skala pemulihan hunian kita serta ekosistem yang saat ini mengalami degradasi dan hancur. Berharap ada kepedulian akan keseimbangan ekosistem alamiah seperti Adelaide South Australia, pemulihan pohon-pohonan yang rindang dan semak serta rumput yang rusak seperti di di kota-kota, mempraktikkan penanaman dengan cara menanam biji-biji kembali ke dalam tanah, membiarkan berbagai jenis burung hidup liar dan benar-benar membuat hunian kita lebih hijau daripada sekarang ini. Dan itu akan mencapai hal berikut. Akan benar-benar menghapus banyak karbon dioksida dari atmosfer, dan dengan demikian melenyapkan perubahan iklim yang kita hadapi. Tetapi juga akan membuat keseimbangan ekosistem hunian mampu mempertahankan keharmonisannnya.
Berbagai cara dapat dilakukan kita untuk menyelamatkan ekosistem hunian ini dari kehancuran. Perilku berikut patut kita contoh, Komunitas Pelestarian Alam (KPA) melepas 300 ekor burung dari berbagai jenis agar mereka beranak pinak di taman dan ruang terbuka hijau. Di Kalimantan Timur Balikpapan dengan suka cita penuh harapan bagi Ibu-ibu, Anak-anak dan para Profesional muda dan sejumlah masyaraktaKali ini mereka meresmikan terbentuknya Komunitas Pelestarian Alam yang digagas kalangan profesional. Mereka merasa prihatin dengan rusaknya lingkungan hidup yang terjadi di negeri ini. Salah satu cara yang dilakukan adalah melepas berbagai jenis burung ke alam bebas, agar burung-burung itu beranak pinak sehingga ekosistem alam bisa terjaga. Burung-burung itu dibeli dari tangan pedagang yang ada di Balikpapan. 100 ekor burung Jalak dan Derkuku untuk dilepas, agar keseimbangan alam ini terjaga. kelestarian alam perlu dijaga supaya tidak terjadi bencana di sana-sini. Bentuk lain mengadakan seminar bertemakan, ‘Lestarikan hutan dan rumahku’, menyambut baik gebrakan anak-anak muda yang peduli terhadap lingkungan hidup dengan sumbangan sembilan ekor burung jalak dan empat parkit untuk dilepas. Menyumbang 20 ekor burung kutilang dan Trucukan untuk dibebaskan ke alam bebas.
Agama apapun mengajarkan kita agar peduli pada lingkungan dan menjaga alam semesta dengan baik. Kita tidak dibenarkan merusak alam dan ekosistem. Selain hubungan manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan manusia, namun juga harus dirawat hubungan manusia dengan lingkungannya termasuk binatang atau hewan. Jangan dirusak. Semoga komunitas ini bisa menggugah lapisan masyarakat lainnya untuk sama-sama peduli terhadap penyelematan alam ini dan apa yang kami lakukan bisa ditiru manusia lain. Bumi ini harus diselamatkan dari kehancuran. Dengan melepaskan kembai burung-burung ini, maka ekosistem akan terjadi. “Ekosistem adalah tempat terjadinya hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem dapat terjadi secara alamiah dan dapat juga terjadi karena dibuat oleh manusia.
Ekosistem menjadi tidak seimbang jika terputusnya rantai makanan. Ketidakseimbangan ekosistem dapat diakibatkan oleh manusia dan juga karena alam itu sendiri. Semoga burung-burung yang kita lepas beranak pinak dan bisa mengisi kehidupan di alam semesta ini.”
Menurut hasil riset, hampir 40-50 persen lingkungan hidup di Indonesia rusak. Untuk memulihkannya, berbagai gerakan penghijauan sudah dilakukan. Sengaja memilih burung, supaya alam semesta ini menjadi merdu oleh kicuan atau nyanyian burung dan mereka bisa berkembang biak. Pernahkah mendengar suara nyanyian alam? Sekali-kali cobalah, dan hati ini terasa damai seakan tidak ada beban.
Kita berharap, gerakan dan kepedulian terhadap lingkungan semacam ini bisa ditiru oleh perusahaan dan pelaku usaha. Kita juga berharap seluruh komponen bersatu dan melakukan terobosan untuk menyelamatkan bumi yang sudah tidak hijau lagi. Kita harus terus menggalakkan program kepedulian terhadap alam. Agama sangat menganjurkan kepada kita untuk saling menjaga dan melestarikan bumi ini, jika kita lalai maka bencana akan datang,” pesannya. Pelepasan burung ke alam liar tersebut bukan hanya untuk menyelamatkan kerusakan alam dan ekosistemnya, melainkan juga mengandung nilai-nilai spritual dan filosofis yang sangat dalam. Selain care terhadap kelestarian alam, anggota komunitas juga peduli kepada binatang agar mereka terbang bebas dan kembali ke habitatnya.
‘Mengapa tanahku rawan kini…. Bukit-bukit telanjang berdiri. Pohon dan rumput enggan bersemi kembali. Burung-burung pun malu bernyanyi…’ itu kata Gombloh, sang penyanyi legendaris lewat lagu berjudul, ‘Lestari Alamku…
Suasana lainnya, saat manusia beraktivitas, Manusia, Burung dan Lingkungan tetap berdampingan tanpa terganggu. Dapatkan kita belajar dari fakta ini? Bukankah kita pun merindukan suara-suara alami yang mengisnpirasi untuk kebajikan di bumi, semoga.
No comments:
Post a Comment